Home Top Ad

Harga Minyak Naik 6 Persen Sehabis Opec Setuju Batasi Produksi Di November

Share:
 Persen Setelah OPEC Sepakat Batasi Produksi di November Harga Minyak Naik 6 Persen Setelah OPEC Sepakat Batasi Produksi di November

RASAKAN.com
 - Harga minyak naik hampir enam persen pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat atau Kamis waktu Indonesia (29/9/2016). 

Penyebabnya, negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries atau OPEC sepakat untuk membatasi produksi minyak mentah pada November 2016 mendatang. 

Kesepakatan ini yaitu akad pertama semenjak 2008, dan semenjak pasar minyak dunia anjlok akhir berlebihnya pasokan. 

OPEC sepakat untuk membatasi produksi minyak di kisaran 32,5 juta barel hingga 33 juta barel per hari (bpd). 

Kesepakatan tersebut terangkum sebagai hasil dari tiga hari pembicaraan International Energy Forum pada 26-28 September di Aljazair, ujar pejabat OPEC ke Reuters. 

OPEC mengestimasi ketika ini produksi rata-rata negara OPEC sekitar 33,24 bpd. 

"Kami memutuskan untuk menurunkan produksi sekitar 700.000 bpd," kata Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanangeh. 

Tapi, OPEC akan resmi menyetujui aneka level produksi per negara anggotanya pada pertemuan 30 November 2016 mendatang di Wina, lanjut pejabat OPEC. 

Setelah nantinya mencapai sasaran grup, OPEC akan mencari derma ke negara produsen minyak non-OPEC untuk gotong royong menurunkan produksi minyak mentah dunia. 

Minyak mentah Brent LCOc1 naik 2,72 dollar AS atau naik 5,9 persen ke level 48,69 dollar AS per barel. 

Sedangkan West Texas Intermediate (WTI), minyak mentah AS, ditutup naik 2,38 dollar AS atau naik 5,3 persen ke level 47,05dollar AS per barel. 

Reli harga minyak menyengat bursa AS di Wall Street, sehingga indeks energi SPNY naik 4 persen semenjak Januari 2016. 

"Ini yaitu akad bersejarah. Ini pertama kalinya OPEC dan non-OPEC akan gotong royong dalam satu dekade. Seharusnya ini dapat menciptakan harga minyak kembali naik ke harga 60 dollar ASper barel," kata  Phil Flynn, analis di perusahaan broker berbasis di Chicago, Price Futures Group.

Tidak ada komentar