Dari judulnya sangat menarik untuk kita bahas berhubung aplikasi digital kini tak lagi cuma buat belanja online atau mengakses informasi. Beragam aplikasi gres sudah bertebaran, termasuk untuk urusan kependudukan. Aplikasi Kekinian dari Kentongan hingga Panic Button mulai ramai dibicarakan media.
Kentongan, misalnya. Nama aplikasi ini merujuk pada alat komunikasi tradisional, biasanya berbahan bambu atau kayu berlubang, yang dipukul dengan ketukan tertentu untuk ragam informasi. Kentongan berupaya menghidupkan kembali komunitas terkecil masyarakat, rukun tetangga (RT).
"Melalui aplikasi inilah saya sanggup membantu warga memudahkan acara di lingkup RT," kata Alfian Tinangon, pembuat aplikasi Kentongan dalam sebuah wawancara.
Aplikasi buatannya itu berhasil memenangi kompetisi Hackathon 2015 yang digelar Telkom Indonesia bersama Komunitas Teknologi Informasi (TI) Code4Nation. Dengan aplikasi tersebut, warga sanggup membuatkan isu mulai jadwal kerja bakti hingga wajib lapor bagi tamu yang menginap 2x24 jam. Semua dilakukan cukup memakai smartphone.
"Warga juga sanggup memantau uang kas RT secara transparan," imbuh Alfian.
Aplikasi buatannya itu berhasil memenangi kompetisi Hackathon 2015 yang digelar Telkom Indonesia bersama Komunitas Teknologi Informasi (TI) Code4Nation. Dengan aplikasi tersebut, warga sanggup membuatkan isu mulai jadwal kerja bakti hingga wajib lapor bagi tamu yang menginap 2x24 jam. Semua dilakukan cukup memakai smartphone.
"Warga juga sanggup memantau uang kas RT secara transparan," imbuh Alfian.
Berlangsung semenjak selesai Oktober 2015, Hackaton 2015 mendapat 70 aplikasi sebagai finalis di grandfinal di Jakarta Digital Valey (JakDIVA) pada 15 November 2015. Para finalis berasal dari 28 kota. Hackaton 2015 mengusung kependudukan sebagai salah satu tema.
Direktur Utama Telkom Indonesia, Alex J Sinaga, tema tersebut dipilih sesuai isyarat Presiden Joko Widodo. Menurut Presiden, butuh banyak penemuan untuk menuntaskan dilema kependudukan di Indonesia, termasuk dilema perizinan, pendidikan, tenaga kerja, keamanan, tragedi alam, kriminalitas, hingga layanan masyarakat.
Hasilnya, aplikasi Kentongan menjadi juara untuk tema kependudukan, Mobile Posyandu untuk tema kesehatan, Ayo Jaga dan Lapori untuk aplikasi berbasis keamanan.
"Selama sepuluh tahun kami mendukung perkembangan industri kreatif digital di Indonesia. Tidak hanya sebagai kuali yang menyatukan antara asam dan garam saja, tetapi juga turut mendukung hingga masuk ke pasar komersial," kata Alex.
"Selama sepuluh tahun kami mendukung perkembangan industri kreatif digital di Indonesia. Tidak hanya sebagai kuali yang menyatukan antara asam dan garam saja, tetapi juga turut mendukung hingga masuk ke pasar komersial," kata Alex.
![]() |
Hackathon 2015 yang digelar Telkom Indonesia bersama Code4Nation menghadirkan ragam aplikasi kekinian, salah satunya urusan kependudukan |
Aplikasi terkait kependudukan juga tiba dari Kota Bandung, Jawa Barat. Lagi-lagi, Telkom Indonesia menginisiasi acara Indigo Incubator 2014, yang salah satu finalisnya yaitu aplikasi Pannic Button.
Aplikasi ini menyediakan layanan pertolongan otomatis untuk pertolongan darurat. Cukup tekan tombol SOS dilayar ponsel Android atau iOS yang sudah terinstal aplikasi Pannic Button, pertolongan kepolisian, pemadam kebakaran, rumah sakit, dan beberapa instansi darurat lain sanggup terhbungi.
"Pannic Button telah dipakai masyarakat Kota Bandung," kata si pembuat aplikasi, Muhammad Ikramullah.
Dia mengakui, aplikasi tersebut masih terus dikembangkan lebih luas lagi. Karena Indigo merupakan wadah pembinaan startup untuk membangun ekosistem digitalpreneur di Indonesia, Ikramullah tertarik mengikuti acara tersebut.
Dia mengakui, aplikasi tersebut masih terus dikembangkan lebih luas lagi. Karena Indigo merupakan wadah pembinaan startup untuk membangun ekosistem digitalpreneur di Indonesia, Ikramullah tertarik mengikuti acara tersebut.
Sangat keren ya sob. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar