Home Top Ad

Lewat Teknologi, Belum Dewasa Muda Bicara Perpecahan Bangsa

Share:
Ketua Lembaga Sensor Film Ahmad Yani Basuki beserta jajaran bersama akseptor Forum Pelajar  Lewat Teknologi, Anak-anak Muda Bicara Perpecahan Bangsa
Ketua Lembaga Sensor Film Ahmad Yani Basuki beserta jajaran bersama akseptor Forum Pelajar Indonesia ke-9 sesaat sehabis sosialisasi kebijakan dari Lembaga Sensor Film terkait Self Sensorship
Di kurun kemajuan teknologi menyerupai sekarang, para pelajar atau kaum muda memegang peranan penting dalam memilih masa depan bangsa, terutama dalam menjaga keutuhan dan membangun semangat nasionalisme. Namun, perpecahan yang dilatari oleh kepentingan politik dan warta SARA akhir-akhir ini telah melemahkan sendi-sendi bangsa. Dampak yang dikhawatirkan yakni pengaruhnya bagi generasi muda, terlebih dengan paparan arus informasi yang begitu deras dengan konten yang bebas beredar.

Berlatar dilema itulah Indonesia Student & Youth Forum (ISYF) kembali menggelar Forum Pelajar Indonesia (FOR) ke-9 tema "Sinergi Pelajar untuk Indonesia". Bertepatan dengan Hari Anak Nasional, program tersebut dilaksanakan pada 23-27 Juli 2017 di Jakarta. Direktur Eksekutif  Indonesian Student Youth Forum (ISYF) ISYF, Dinnur Garista W, menyampaikan FOR digelar untuk mempersiapkan generasi muda memahami empat pilar kebangsaan, yaitu menjadi seorang generasi yang berintegritas, nasionalis, berdikari dan sanggup menjadi tokoh perubahan.

"Kami ingin generasi muda sanggup bersinergi dengan para pemangku kebijakan untuk membangun Indonesia yang aman, hening dan tenteram dalam keberagaman," kata Dinnur, Sabtu, (29/7/2017).

Dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, acara ini diikuti oleh pelajar tingkat SMA. Forum ini membuka ruang untuk saling berdiskusi dan membuatkan pengalaman di antara para pelajar, terutama untuk menumbuhkan huruf kepemimpinan dan integritas mereka. Selain dengan Kementerian Kesehatan, acara ini juga melibatkan banyak sekali lembaga pemerintahan, sentra pengembangan film, Lembaga Sensor Film, perusahaan BUMN dan lainnya.

"Proses pendaftaran dan penjurian sudah kami lakukan semenjak Februari 2017 lalu. Tahun ini salah satu persyaratannya yakni menciptakan tiga essay dan video berdurasi maksimal satu menit dengan tema Bangga Menjadi Indonesia yang Beragam," tutur Dinnur.

Muhammad Rizal, Pelajar Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Sebatik Tengah, menyampaikan bahwa krisis nasionalisme menjadi permasalahan utama bagi cowok perbatasan di Sebatik. Beberapa lantaran penggunaan ringgit dalam transaksi sehari-hari serta impor barang dari Malaysia.

"Melalui lembaga ini saya berharap sanggup membantu memperlihatkan informasi yang saya dapatkan di Jakarta kepada teman-teman di Sebatik yang masih minim informasi, khususnya mengenai identitas. Saya juga ingin meningkatkan kesadaran akan identitas bangsa kepada teman-teman di Sebatik," ujar Rizal.



Tidak ada komentar